FOXLINE NEWS
Mode Gelap
Artikel teks besar

Membongkar Dalih: Kapolres Sinjai, Pukulan, dan Represif yang Tak Bisa Ditutupi


MAKASSAR, Foxnesia.com - Beredarnya video Kapolres Sinjai memukul dalam aksi pemaksaan di depan DPRD Sinjai telah memicu kemarahan publik. Namun yang lebih menyakitkan dari peristiwa itu adalah munculnya narasi pembelaan yang berusaha memutarbalikkan fakta: bahwa pukulan tersebut tidak ditujukan kepada massa aksi, melainkan kepada anggotanya sendiri untuk mencegah tindakan represif.

Narasi semacam ini tidak hanya berkeliaran, tetapi juga berbahaya. Ia berupaya menormalisasi kekerasan dengan membungkusnya sebagai tindakan heroik. Padahal, di hadapan publik, apa yang terekam kamera adalah simbol represif: seorang Kapolres, pimpinan tertinggi kepolisian di kabupaten, melayangkan tangan di ruang demokrasi.

Mari kita berhitung jernih. Jika benar maksud Kapolres adalah menegur anggotanya, mengapa ia memilih melakukannya di ruang terbuka, di hadapan rakyat yang sedang mewakili aspirasi? Bukankah kepolisian memiliki mekanisme internal untuk menegakkan disiplin? Apakah pantas sebuah institusi yang menuntut profesionalisme justru membiarkan teguran kepada anggotanya dilakukan dengan tangan kosong di depan massa?

Logika semacam ini jelas kontradiksi. Bagaimana cara melawan potensi represi dengan cara yang represif? Bagaimana mungkin mengajarkan anggota untuk tidak bermain tangan, dengan memberi contoh pukulan di depan rakyat? Itu sama saja dengan membenarkan api untuk menyelesaikan api.

Masyarakat Sinjai dan masyarakat luas berhak marah, bukan semata-mata karena ada pelajar yang diduga menjadi korban pukulan, tetapi karena pesan yang lahir dari tindakan itu sangat jelas: polisi boleh menyelesaikan masalah dengan kekerasan. Ini adalah pesan buruk yang akan merusak institusi kepolisian wibawa, tidak hanya di Sinjai, tetapi juga di daerah lain.

Lebih jauh lagi, kita perlu mengingat bahwa penindasan adalah hak konstitusional. Mahasiswa datang ke DPRD bukan untuk menyuarakan, tetapi untuk menyuarakan kritik dan tuntutan transparansi kebijakan. Ketika aspirasi itu dijawab dengan tangan terangkat, apa yang sesungguhnya disampaikan oleh aparat kepada generasi muda bangsa ini? Bahwa penyampaian pendapat akan selalu berakhir pada risiko yang dikalahkan?

Sebagai putra daerah, saya merasa terpukul melihat wajah Sinjai dipermalukan dengan acara ini. Sinjai bukan hanya tanah kelahiran, namun ruang kehidupan masyarakat yang berhak diperlakukan secara adil. Kita tidak boleh membiarkan narasi pembelaan mebelokkan kenyataan. Masyarakat Sinjai tahu apa yang mereka lihat, dan kamera tidak pernah berbohong.

Kepolisian seharusnya mengambil tindakan yang jujur: mengakui kesalahan, memberikan klarifikasi terbuka, dan menjatuhkan sanksi tegas bila terbukti ada pelanggaran. Sebab dengan terus membiarkan dalih-dalih pembenaran beredar, kepolisian hanya akan semakin jauh dari kepercayaan rakyat. Dan tanpa kepercayaan masyarakat, polisi kehilangan legitimasinya sebagai penjaga hukum dan keamanan.

Opini ini bukan serangan personal terhadap individu Kapolres Sinjai. Ini adalah kritik tajam terhadap kultur kekuasaan yang masih nyaman menggunakan kekerasan sebagai bahasa utama. Selama pola ini dibiarkan, kita hanya akan melahirkan generasi polisi yang melihat tangan sebagai solusi lebih cepat daripada dialog.

Pesan saya sederhana: jangan cuci tangan dengan dalih. Jika benar ingin mencegah represi, lakukan dengan menahan diri, dengan memberi teladan, dengan pendekatan persuasif. Bukan dengan memukul di hadapan rakyat. Kekerasan, dalam bentuk apapun, bukan alat pendidikan bagi anggota kepolisian. Ia hanyalah wajah lain dari represi yang kita lawan bersama.

Kasus ini adalah cermin. Bila kita menatapnya dengan jujur, kita akan melihat luka dalam demokrasi kita. Tetapi bila kita memilih membiarkan dalih menutupinya, maka luka itu akan membusuk dan membesar. Sinjai tidak butuh polisi yang garang di depan rakyat, Sinjai butuh polisi yang bijak, yang setia pada janjinya: melindungi dan mengayomi, bukan menakut-nakuti.

Penulis : Rahim (Putra Daerah Sinjai dan Mahasiswa UIN Alauddin Makassar)
Tutup Iklan
Hubungi Kami untuk Beriklan