FOXLINE NEWS
Mode Gelap
Artikel teks besar

IMM Memimpin : Menuju Gerak yang Inklusif, Progresif dan Kolaboratif


OPINI, Foxnesia.com - Dalam lanskap perubahan sosial, politik, dan budaya yang semakin kompleks, kehadiran organisasi kemahasiswaan bukan lagi sekadar pelengkap dinamika kampus atau pelatihan kader biasa. 

Lebih dari itu, mereka adalah pilar-pilar perubahan yang menghubungkan ideologi, moralitas, dan praksis sosial dalam satu tarikan napas gerakan. 

Di tengah arus deras itu, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dihadapkan pada satu pilihan penting: memimpin atau tertinggal dan jawabannya adalah jelas : IMM harus memimpin.

Komitmen Organisasi : Fondasi Awal Kepemimpinan

IMM Sul-Sel menunjukkan langkah awal yang strategis dengan meneguhkan komitmen pada kerja-kerja kelembagaan yang serius. 

Perumusan program kerja yang fokus, terukur, dan strategis menjadi tulang punggung dari gerakan yang ingin membumikan ide besar dalam tindakan nyata. 

Laporan-laporan organisasi bukan hanya sekadar formalitas, tetapi sebagai bagian dari upaya menciptakan stabilisasi struktural, efisiensi gerak, serta akuntabilitas publik yang sehat.

Sebagaimana ditegaskan oleh Haedar Nashir (2010) dalam "Etos Gerakan Muhammadiyah", organisasi modern dalam tubuh Persyarikatan harus memiliki fondasi kuat berupa perencanaan strategis, sistem kerja profesional, dan akuntabilitas yang berbasis nilai Islam. 

IMM sebagai bagian dari keluarga besar Muhammadiyah wajib mempraktikkan prinsip itu dalam semua aspek kelembagaannya.

IMM sebagai Gerakan dan Dapur Ideologis Muhammadiyah

IMM bukan entitas kosong. Ia adalah dapur ideologis Muhammadiyah, ruang pembentukan gagasan, internalisasi nilai, dan perumusan arah strategis gerakan. 

Dalam dapur inilah kader-kader digembleng bukan hanya untuk menjadi aktivis, tetapi menjadi pemikir, pemimpin, dan pelayan umat.

IMM sejak awal memang diposisikan sebagai organisasi kader intelektual. Dalam Pedoman Perkaderan IMM, ditegaskan bahwa IMM bertujuan “Membentuk akademisi Islam yang berilmu amaliah dan beramal ilmiah.” 

Maka, intelektualitas bukan sekadar simbol, melainkan merupakan DNA gerakan dan juga identitas kader.

Spirit Tajdid menjadi semangat utama Muhammadiyah, yang juga menjiwai tubuh Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Etos Tajdid mengajak kita untuk terus merespons zaman tanpa kehilangan nilai. 

Seperti dikatakan oleh Prof. Amin Abdullah, "gerakan Islam harus hidup dalam dialektika zaman, terus memperbarui cara menyampaikan kebenaran tanpa mengkhianati substansi wahyu."

AR. Fakhruddin (1964), pendiri IMM, menyebut IMM sebagai “pewaris dan pelanjut semangat tajdid Muhammadiyah dalam ranah mahasiswa”.

Gerakan Inklusif-Kolaboratif: Narasi Hari Ini

Dalam semangat perubahan, IMM tidak bisa hanya berpikir vertikal—tentang siapa yang memimpin dan siapa yang dipimpin. IMM harus hadir sebagai organisasi yang inklusif dan kolaboratif. 

Inklusif bukan sekadar retorika, tetapi menjadi budaya. Inklusif berarti membuka ruang bagi semua kader, dari berbagai latar belakang, kemampuan, dan ekspresi, untuk tumbuh, berkembang, dan memberi kontribusi.

Konsep inklusif ini sejalan dengan gagasan pluralisme progresif yang diusung oleh Muhammadiyah dalam Muktamar ke-47 Makassar tahun 2015. 

Muhammadiyah menegaskan pentingnya “Membuka ruang interaksi dan kerja sama lintas sektoral dengan tetap menjunjung tinggi prinsip dan nilai Islam.”

IMM sebagai garda muda Muhammadiyah harus menginternalisasi semangat ini. Dalam konteks internal, inklusif berarti menghapus sekat sektarian, hierarki yang eksklusif, dan kecenderungan senioritas yang membatasi tumbuhnya potensi. 

Di eksternal, inklusif berarti membuka kolaborasi luas dengan siapa pun selama itu dalam koridor nilai.

Kolaborasi sebagai Modal Sosial

IMM harus membangun kolaborasi lintas sektor sebagai bagian dari strategi perluasan pengaruh gerakan. Kolaborasi bukanlah kompromi nilai, tetapi manifestasi dari semangat ta’awun dan prinsip fastabiqul khairat—berlomba dalam kebaikan.

Kolaborasi ini harus menyasar berbagai sektor: birokrasi pemerintahan, komunitas profesional, media, tokoh agama, aktivis sosial, bahkan organisasi kepemudaan lainnya. 

Didalam Gerakan IMM, kita menyebut kolaborasi sebagai "modal sosial yang memungkinkan IMM menjadi katalisator perubahan."

Prinsip ini juga sejalan dengan gagasan _social capital_ dari Pierre Bourdieu, bahwa keberhasilan suatu komunitas bukan hanya ditentukan oleh sumber daya fisik dan finansial, tetapi juga oleh jejaring dan kepercayaan sosial yang dimilikinya.

IMM Memimpin: Dari Kampus ke Umat, dari Wacana ke Aksi

Ketika kita bicara IMM memimpin, kita tidak sedang memuja struktur atau sekadar mengincar jabatan. IMM memimpin karena ia memiliki visi, kapasitas, dan tanggung jawab. 

Visi IMM memimpin bukan karena ingin mendominasi, tetapi karena ia ingin mencerahkan dan menghidupkan nilai dalam setiap ruang kehidupan.

IMM harus menjadi pelopor dalam menyuarakan isu-isu keumatan, keadilan sosial, keilmuan, dan masa depan peradaban. 

IMM tidak boleh hanya hadir dalam forum-forum internal, tetapi juga menjadi suara alternatif di ruang publik. Sebagaimana dipesankan oleh KH. Ahmad Dahlan: “Jadilah manusia yang bermanfaat. Kalau kamu hidup hanya untuk dirimu sendiri, maka engkau hanya hidup kecil. Tapi kalau engkau hidup untuk orang lain, engkau akan hidup besar dan mulia.”

IMM memimpin karena ia adalah simbol dari pemuda Islam progresif yang tidak hanya paham teks, tapi juga kuat dalam praksis. IMM harus jadi jembatan antara ilmu dan masyarakat, antara kampus dan umat.

QS. Al-Baqarah: 143 – “Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat pertengahan (wasathiyah).”

Saatnya IMM Menjadi Gerakan yang Menyatukan

IMM memimpin bukan karena ingin berada di depan dalam kebanggaan, tetapi karena siap menanggung beban sejarah dan harapan masa depan. 

IMM memimpin bukan dengan retorika kosong, tetapi dengan kerja konkret, pemikiran jernih, dan akhlak mulia.

Kita butuh IMM yang menjembatani ragam aspek, menyatukan kekuatan intelektual dan spiritual, serta membawa cita-cita Islam berkemajuan ke tengah masyarakat.

IMM memimpin, karena ia hadir untuk semua.

Penulis : Muh Alwi Alamsyah
(Ketua DPD IMM Sulsel Bidang TKK)

Tulisan Tanggung Jawab Penuh Penulis
Tutup Iklan
Hubungi Kami untuk Beriklan