Dange: Kuliner Khas Luwu yang Wajib Dicoba
Desember 28, 2024
Dange Makanan Khas Luwu |
LUWU, Foxnesia.com - Sebuah daerah yang terletak di Sulawesi Selatan, memiliki banyak keunikan budaya, salah satunya adalah ragam kuliner tradisional berbahan dasar sagu.
Dange merupakan makanan khas dari Luwu timur yang masih eksis ditengah gempuran ragam kuliner modern saat ini. Menariknya, kuliner ini tidak hanya menjadi cemilan saja, tapi masyarakat luwu menjadikannya sebagai makanan pokok alias pengganti nasi.
Dange sendiri memiliki bentuk persegi panjang dengan tekstur mirip pasir. Ketika terkena air, dange menjadi lebih lunak dan nikmat untuk disantap. Biasanya, dange disajikan dengan lauk khas Sulawesi seperti parede, lawa’, atau pocco.
Meskipun rasanya cenderung hambar, makanan ini menawarkan pengalaman kuliner unik yang hanya bisa ditemukan di Luwu.
Menurut Asni, seorang pembuat dange di Malili yang sudah menjadi pembuat dange sejak 1997, bahan utamanya adalah sagu yang telah dikeringkan dan diayak hingga halus. Proses pembuatannya memakan waktu hingga dua hari, tergantung pada cuaca, terutama saat menjemur sagu.
Tantangan muncul saat musim hujan, terutama pada bulan November hingga Februari, karena sulitnya menjemur sagu hingga benar-benar kering. Teknik pembakaran juga menjadi tahap yang membutuhkan ketelitian dan pengalaman dalam pembuatan sagu ini.
“Kalau bagi saya pas jemur sagu, kalau kita mau hasil yang bagus kita harus punya sagu yang bagus keringnya, kalau musim hujan seperti ini susah mau jemur sagu,” ujar Asni.
Dange tidak hanya sekadar makanan, tetapi juga bagian dari tradisi. Menurut Asnani Palemmai, masyarakat asli malili, dange awalnya diciptakan sebagai bekal tahan lama bagi para nelayan dan perantau.
“Jadi dange memang dibuat untuk bekal bagi nelayan atau pergi merantau karena tahan lama. Dari dulu setauku dange itu enak disajikan sama makanan khas Sulawesi juga seperti kapurung, pocco, lawa’ dan ikan masak, itu perpaduan yang pas jelasnya.
Kiki Angriani, salah seorang penikmat dange asal malili, berbagi pengalaman tentang makanan ini.
“Saya pertama kali mencoba dange sekitar tahun 2012. Sebelumnya, saya hanya melihat dange tetapi tidak tertarik untuk mencobanya. Begitu mencicipi, saya langsung suka, dan sampai sekarang hampir setiap minggu saya makan dange," ungkapnya.
Menurut Kiki, dange sering disajikan pada acara-acara tertentu, seperti pernikahan.
“Kalau ada acara nikahan di Luwu Timur, pasti selalu ada dange yang disajikan, lengkap dengan lawaknya. Untuk sehari-hari, saya hampir tiap minggu makan dange, terutama kalau masak ikan," tambahnya.
Makanan ini juga sangat kaya akan tradisi dan kenangan. Kiki menjelaskan, dari dulu hingga kini kuliner tradisional ini tidak ada pergeseran segi rasa, rasanya selalu khas.
"Rasa dange itu tidak ada perubahan, karena bahan dasarnya dari sagu yang dibakar dan menyatu. Mungkin perubahan ada pada tekstur saat dange baru dibuat, dan ketika disimpan beberapa hari, teksturnya menjadi lebih keras."
Untuk cara menikmatinya, Kiki lebih memilih untuk mengonsumsi dange yang basah, karena jika kering, dange terasa seperti pasir dan sulit dimakan. “Dange harus basah, karena kalau kering agak berpasi,” tambah Kiki. Lauk pendamping yang paling disukainya adalah parede, baik itu ayam, daging, atau ikan.
Muliani S.Pd., M.Si, seorang dosen tata kuliner dari Universitas Negeri Makassar, menyebutkan bahwa dange adalah salah satu makanan tradisional yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan.
“Karena termaksud makanan awetan. Jadi tidak langsung bisa di buat dan dijadikan bahan makanan.,” ujarnya. (04/11/24).
Namun, tantangan besar dalam melestarikan dange adalah persaingannya dengan makanan modern. Muliani menyarankan pendekatan seperti fusion food, yaitu menggabungkan elemen tradisional dengan konsep modern agar makanan seperti dange tetap menarik bagi generasi muda.
Untuk menjaga keberadaan dange, peran generasi muda sangatlah penting.
"Makanan tradisonal itu adalah warisan kuliner yang harus tetap kita lestarikan, bagaimana partisipasinya anak muda, yah yaitu tadi kita Kembali mengenal makanan makanan tersebut, kemudian promosi, pengembangan produk, design secantik mungkin” kata Muliani. (04/12/24)
Dange bukan hanya makanan, melainkan bagian dari cerita panjang budaya Luwu. Rasanya yang unik, proses pembuatannya yang tradisional, dan kehadirannya dalam berbagai acara adat menjadikan dange oleh-oleh khas yang wajib dicoba saat berkunjung ke Luwu.
Penulis : Sity Asrianti Utami
Editor : Par